Ini Penyebab Pabowo Tanya Balik Jokowi Soal 'Unicorn'

Ramai berlalu di timeline mengenai perkara Unicorn, di mana maksudnya adalah mengolok-olok pak PS yang dianggap tidak paham apa itu Unicorn… sehingga saya jadi tergelitik berkomentar tentang masalah ini…


▫ Pertama, yang mengolok-olok pertanyaan pak PS tentang apa yang dimaksud oleh Petahana tentang Unicorn, maka pertanyaan itu dapat dipahami karena pronounciaton-nya Petahana itu memang kurang jelas kalau di kuping saya…

Petahana menyebutkan "yu-ni-kon" (di mana bunyi huruf r di akhiran tidak jelas). Padahal seharusnya pronounciation-nya adalah "yuu-ni-kawrn"… makanya pak PS mencoba untuk menegaskan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Petahana itu.

Iya dong harus ditegaskan, karena Unicon itu beda dengan Unicorn. Unicon itu adalah bahasa pemrograman yang dirancang oleh Clint Jeffery dengan bantuan Shamim Mohamed, Jafar al-Gharaibeh, Robert Parlett, etc. Sedangkan Unicorn itu adalah makhluq mitologi yang menyerupai kuda yang mempunyai tanduk tunggal di tengah kepalanya… atau dalam konteks debat kemarin, maksudnya adalah sebuah perusahaan start-up yang usianya kurang dari 10 tahun, namun valuation-nya oleh investor atau publik sudah melebihi $ 1 milyar (atau Rp 14 trilyun).

Jadi agar jawabannya tepat, memang harus diperjelas…

Jadi kalau dikatakan pak PS itu tidak tahu apa Unicorn, maka itu keterlaluan sekali, karena beliau itu dari SD s/d SMA sekolah di luar negeri terus di mana telinganya terbiasa dengan mendengar pronounciation yang benar… pun ayahandanya pak PS itu adalah doktor ‘ilmu Ekonomi lulusan Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, tahun 1943 dengan disertasi berjudul "Het Volkscredietwezen in de Depressie". So, tidak usah lah mengejek-ejek pak PS nggak tahu apa itu Unicorn… how many of you have elementary to highschool diploma from abroad plus a father that have PhD degree, eh? Inget loh, itu tahun 1943, di mana average literacy rate Indonesia itu kurang dari 40% (alias buta huruf Latin lebih dari 60%).

▫ Kedua, yang tidak paham IT dan bisanya cuma belanja menghabiskan uang di online shops (olshop), namun have no idea tentang bagaimana hakikatnya cara kerja olshop itu, pasti akan ikut-ikutan mentertawakan pak PS (seperti pendukung Petahana di TKP) karena beliau mengatakan Unicorn ini akan menjadi peluang keluarnya uang Indonesia ke luar negeri.

Maka jawaban pak PS: "Silahkan anda tertawa, tapi ini masalah bangsa!" itu sudah sangat tepat.

Mengapa?

Coba sekarang jujur, memangnya Lazada itu milik siapa mayoritas sahamnya? Tokopedia itu milik siapa mayoritas sahamnya? OLX itu milik siapa?

Ketahui ya, investasi saham besar untuk dunia eCommerce di Indonesia mayoritas dilakukan oleh asing, terutama Mr Jack Ma dari RRC. Begitu juga berbagai jenis layanan aplikasi berbayar, hampir semua mayoritas sahamnya dimiliki oleh asing. Memang hosting web itu kebanyakan adalah lokal, seperti: IDWEBHOST, RUMAHWEB, etc… tetapi mereka juga membeli cloudspace dari luar negeri, seperti dari Singapura, US, dll...

Belum lagi jika sudah dicodingkan CMS kemudian jadi sebuah olshop berbasis web, didukung dengan aplikasi mobile, dan… voilĂ …! Tetiba saja perusahaan olshop tersebut sudah dilirik oleh investor luar negeri, dibeli, dan tentunya keuntungannya yang pasti akan mereka bawa ke negeri asalnya?

So, silahkan saja tertawakan pak PS… lihat siapa yang tertawa terakhir dan siapa yang menangis.

Ingat di Bali beberapa waktu lalu ada wisatawan RRC yang berbelanja dengan WeChat Pay? Keuntungannya pasti akan lari ke RRC… itu belum taken into consideration broker perusahaan pariwisata RRC yang licik / curang…

So kalau Lazada sahamnya terbesar dimiliki Alibaba, yang punya Mr Jack Ma, belum yang lain juga dimiliki oleh orang asing, maka sangat-sangat jelas perkataan pak PS itu adalah amat kuat dasarnya!

Intinya, pengembangan startup Unicorn untuk bisnis online, harus diawasi dengan cermat, karena kalau salah-salah, tahu-tahu ada akuisisi oleh investor asing yang ujung-ujungnya akan merugikan orang Indonesia!

▫ Ketiga, pak PS dikatakan tidak mengerti tentang Unicorn karena berbicara tentang regulasi…

Bingung kenapa valuation startup eCommerce malah dikaitkan dengan regulasi oleh pak PS, bukan dengan "infrastruktur"?

Jangan bingung kalau pak PS itu lebih concern terhadap aturan perundangan yang tumpang tindih tentang eCommerce sehingga beliau lebih melihat itu yang harus dibenahi. Karena Pemerintah itu pada dasarnya adalah "policy maker", bukan penyedia kontraktor infrastruktur.

Kita lihat dari jawaban pak PS kemarin bahwa pak PS sudah membaca dan ingin melakukan antisipasi terhadap potensi larinya kekayaan negara ke luar negeri melalui melalui industri eCommerce tersebut. Pak PS mungkin sangat aware bahwa dari 4 perusahaan startup yang sudah mencapai valuasi Unicorn, ternyata semua semuanya didanai dan dikuasai oleh asing… dengan satu pengecualian adalah BukaLapak yang sahamnya masih lebih besar founder-nya, dan kebijakan masih dipegang oleh anak negeri.

Adalah lumrah kalau pendanaan industri startup itu didanai investor, tetapi sekarang bagaimana caranya agar keuntungan yang didapat oleh investor tersebut tidak dilarikan keluar negeri (negara asalnya) atau paling tidak ada perputaran modal lain dulu di Indonesia… dan untuk itu, kita perlu pemimpin negara yang nasionalis dan cinta sama negeri ini, paham dan mengerti situasi dan kondisinya, dan tegas dalam mengambil tindakan…!

Bukan yang planga-plongo lalu bilang "bukan urusan saya" atau "I don't read what I signed"…

Any other opinion? Let's have a good discussion, shall we?

Penulis: Pipiet Sastrawati
Show comments
Hide comments

0 Komentar:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

 

About

Blog berisi catatan tentang apa saja khususnya blogging. Sekadar berbagi informasi, pengalaman, atau pengetahuan.